Kamis, 16 Februari 2012

Inilah Fakta Nyawa Pimpinan FPI yang Hendak Dibantai Gerombolan Preman


Buka mata dan telinga, inilah fakta dan bukti-bukti nyawa keempat Pimpinan FPI dalam situasi terancam saat mengunjungi Palangka Raya untuk tujuan Dakwah, pelantikan pengurus FPI Kalimantan Tengah, dirangkai dengan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Bagi yang belum mengetahui kronologis penyerbuan gerombolan preman rasis fasis dan anarkis yang mengatasnamakan masyarakat Dayat, sebaiknya simak kembali kronologis percobaan pembunuhan terhadap Pimpinan FPI, beberapa waktu lalu, Sabtu (11/2).


Jumat, 10 Februari 2012

Sebelum kedatangan pimpinan FPI ke Palangka Raya, Yansen Binti, Lukas Tingkes dan Sabran, gembong preman rasis dan fasis yang mencatut dan mengatasnamakan Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nusantara (MADIN) menggelar rapat perencanaan penolakan, penghadangan, pengepungan, perusakan, pembakaran, dan upaya pembunuhan terhadap rombongan Pimpinan FPI Pusat di Rumah Betang (aula besar tempat musyawarah adat kegubernuran Provinsi Kaliman Tengah).

Rupanya, gerombolan preman itu mengetahui, rombongan FPI itu akan mengunjungi Palangka Raya dan Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah dalam rangka pelantikan pengurus FPI Palangka Raya, yang dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Usai rapat, keesokan harinya, Komplek Kegubernuran menjadi titik kumpul dan tempat pelepasan gerombolan preman anarkis yang bergerak ke Bandara Tjilik Riwut – Palangka Raya, Kalteng.

Sabtu, 11 Februari 2012 – Jam 08.00

Rombongan Pimpinan FPI Pusat yang terdiri dari Ketua Bidang Da’wah Habib Muhsin bin Ahmad Al-Attas, Sekjen Ustadz Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen Ustadz Awith Masyhuri dan Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Ustadz Maman Suryadi Abdurrahman, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Tjilik Riwut –Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan menggunakan maskapai pesawat Sriwijaya.

Rencananya, Ketua Umum DPP FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab akan memimpin rombongan tersebut, namun karena sedang sakit, maka atas saran dan nasihat dokter pribadinya, Habib diharuskan istirahat total, sehingga membatakkan untuk ikit serta dalam rombongan.

Menjelang tiba, Ustadz Awit (Wasekjen FPI) dipanggil oleh Crew pesawat dan diberitahukan, bahwa di Landasan Bandara Palangka Raya telah berkumpul ratusan massa yang beringas, ditambah dengan ribuan massa lainnya di lingkungan Bandara. Ustadz Sobri Lubis (Sekjen FPI) juga dipanggil Kapten Pilot pesawat, diberitahyukan hal yang sama dan disarankan agar tidak keluar dari pesawat setelah mendarat nanti.

Kepada Voa-Islam, Ustadz Maman (Panglima FPI) mengatakan, ia sempat mendapat SMS dari Ustadz Alwi, rekannya sesama FPI di Jakarta yang mengelola situs FPI (www.fpi.or.id) dan selalu memantau perkembangan terkini  di dunia maya. Isi SMS ustadz Alwi itu memberitahukan, sebaiknya dibatalkan saja kunjungan ke Palangkaraya, mengingat ada kumpulan massa yang akan menghadang disana.

Para pimpinan FPI belum yakin dengan pesan berita itu, dan menganggap isu penghadangan itu sebagai rumor yang ingin menteror dan mengebiri dakwah FPI di Kalimantan Tengah.  Dan benar saja, kabar itu bukan sekedar rumor, tapi betul-betul terjadi.

Jam 10.30 WITA

Setelah mendarat dan semua penumpang turun dari pesawat dengan menggunakan tangga darurat, kecuali rombongan pimpinan FPI Pusat, Kasatlantas Polres Palangka Raya didampingi Kepala Keamanan Bandara menaiki pesawat dan menginformasikan situasi dan kondisi diluar pesawat dan lingkungan bandara yang semakin tidak kondusif. Pintu pesawat pun ditutup.

Seperti diceritakan Ustadz Maman, ketika itu, para penumpang terlihat panic. Diantara penumpang, ada seorang bapak yang nyeletuk: “Kalimantan itu jangan dimasuki oleh FPI.” Mendengar celetukan, para pimpinan FPI yang duduk secara terpisah, tidak menghiraukan kata-kata itu.

Dari dalam pesawat, rombongan Pimpinan FPI Pusat selama dari satu jam selama pesawat tertahan dan terkepung, melihat dan mendengar langsung gerombolan preman anarkis di luar pesawat yang mengacung-acungkan mandau, senjata khas dayak, seraya berteriak mengancam perang dan pertumpahan darah.

Kapten Pilot pesawat khawatir, massa makin beringas akan merusak atau membakar pesawat yang sekaligus membahayakan keselamatan jiwa yang ada di dalamnya. Maka Kapten Pilot dan crewnya bersama Kasatlantas dan Kepala Keamanan Bandara memutuskan untuk menerbangkan pesawat ke Banjarmasin – Kalimantan Selatan.

Jam 11.00 WITA

Pesawat menuju Banjarmasin. Setibanya di Bandara Banjarmasin, Kalimantan Selatan, rombongan Pimpinan FPI Pusat dibawa oleh Keamanan Bandara ke kantor Sriwijaya untuk dimintai keterangan. Sempat ada interogasi yang menyudutkan pimpinan FPI, seperti tuduhan membajak pesawat. Lalu dijelaskan, tidak benar, kami ke Kalimantan Tengah untuk berdakwah. 

Selanjutnya, di luar Bandara Banjarmasin, rombongan FPI dijemput dan disambut oleh Panitia Maulid Nabi Muhammmad Saw dari Kabupaten Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah. Lalu langsung menuju Kuala Kapuas melalui jalur darat.

Jam 15.00 WITA

Gerombolan Preman anarkis Palangkara Raya setelah gagal melakukan percobaan pembunuhan terhadap Pimpinan Pusat FPI, mereka bergerak menuju rumah kediaman Habib Muhri bin Muhammad Ba Hasyim dan merusaknya, lalu mengobrak-abrik sejumlah rumah dan toko milik panitia peringatan Maulid Nabi Saw, tak terkecuali tenda dan panggung yang telah disiapkan panitia.

Habib Muhri dan kawan-kawan beserta keluarga mereka sempat menyelamatkan diri dan hingga saat ini berada di tempat yang aman, namun masih tetap terancam keselamatan mereka. Sementara pihak Polres Palangka Raya dan Pold Kalimantan Tengah tidak mau memberikan jaminan keamanan.

Mengejar Sampai Kuala Kapuas

Jam 17.30 WITA

Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kuala Kapuas dan istirahat sejenak di Guest House Bupati Kuala Kapuas. Malamnya, ba’da Maghrib rombongan Pimpinan FPI diundang ke rumah kediaman Bupati Kuala Kapuas yang berdekatan dengan Guest House tersebut. Dan saat berjalan untuk memenuhi undangan tersebut, ternyata di halaman rumah kediaman Bupati hingga ke jalan raya sudah dipenuhi ratusan gerombolan preman anarkis yang datang dari Palangka Raya dengan menggunakan belasan truk, mereka berteriak-teriak mengacung-acungkan senjata sambil menantang perang.

Dikatakan Panglima FPI Ustadz Maman, perjalanan dari Palangka Raya menuju Kuala Kapuas dengan menggunakan jalur darat hanya memakan waktu tiga jam. Kemungkinan, aparat kepolisian di Palangkaraya membocorkan kepada massa preman itu, bahwa pimpinan FPI dari Jakarta itu sedang berada di Kuala Kapuas.  Itulah sebabnya mereka mengejarnya sampai Kuala Kapuas.

Ustadz Maman yang berpakaian bebas, tidak bergamis, dengan keberaniannya menyusup ke tengah-tengah kerumunan massa preman yang mengatasnamakan masyarakat Dayak. Dari jarak yang dekat, ia memantau langsung wajah preman-preman dayak itu. “Ketika itu suara gong terdengar. Tong…tong…tong…itu tanda mereka bersiaga perang.” Tapi kemudian, Ustadz Maman mendapat SMS agar kembali, meninggalkan massa beringas itu.

 Jam 19.00 WITA

Bupati Kuala Kapuas dan jajaran Muspidanya menjembatani dialog antara rombongan Pimpinan FPI Pusat dengan para pimpinan massa yang beringas, yang akhirnya disepakati bahwa pada malam itu peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tetap harus diadakan sesuai keinginan masyarakat Kuala Kapuas, namun pelantikan DPW FPI Kuala Kapuas ditiadakan sesuai keinginan massa brutal dari Palangka Raya.

Selanjutnya, para pimpinan massa brutal dari Palangka Raya menyampaikan hasil kesepkatan kepada massanya, tapi massa tetap tidak mau bubar. Lalu Kapolres Kuala Kapuas yang menyampaikan, juga tidak mampu membubarkan massa, kemudian Bupati yang menyampaikan, tapi hasilnya sama, massa tetap tidak mau bubar, bahkan makin beringas dan brutal.
Jam 21.00 WITA

Akhuirya, rombongan Pimpinan FPI Pusat mengambil inisiatif untuk meninggalkan lokasi yang semakin tidak kondusif. Rombongan pun berangkat ke Kota Banjar Baru – Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melalui jalan darat dengan pengawalan Patwal Polisi dan anggota TNI dari Kodim Kuala Kapuas.

Jam 24.00 WITA

Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kota Banjar Baru dengan disambut oleh sejumlah habaib dan tokoh masyarakat.

Ahad, 12 Februari 2012 – Jam 08.00 WIB

Keempat pimpinan FPI Pusat dengan didampingi para Habaib dan Tokoh Masyarakat Banjar Baru serta dibantu oleh Danlud Banjarmasin mendapatkan tiket pesawat Garuda untuk kembali ke Jakarta. Seperti itulah kronologisnya.

Sumber  http://www.voa-islam.com