Jumat, 24 Februari 2012

Hanung Bramantyo "Sang Provokator Kekerasan"


 
Siapa yang tak kenal Hanung Bramantyo? Semua pecinta dunia perfilman Indonesia pasti mengenalnya. Hanung adalah seorang sutradara yang dikenal berfaham Liberal, meski ia tak mengakui bahwa dirinya Liberal. 


Namun faktanya, Hanung membuat film yang masih berjudul Tanda Tanya (?) yang penuh dengan nuansa Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme (Sepilis). Hanung berdalih “ingin mengangkat tema toleransi antar umat beragama, tanpa maksud hati mencitraburukkan satu agama tertentu,” tapi anehnya film Tanda Tanya (?) karya Hanung itu adalah salah satu film yang mengindetikkan bahwa pelaku kekerasan adalah umat Islam.

Hanung juga unjuk gigi pada (14/2/2012), turun ke jalanan di depan Plaza Indonesia, Grand Hyatt, Jl Kebon Kacang, Jakarta Pusat , bersama dengan Gerombolan JIL yang diantaranya terdiri dari kaum bencong, rambut gimbal, dan cewek perokok.

 
Setelah mendengar orasi singkat itu, orang yang waras akan beranggapan bahwa Hanung sebenarnya orang radikal dan pendukung kekerasan. Buktinya, kalimat-kalimat yang keluar dari mulut sutradara film "?" itu dalam aksi yang mengatasnamakan “Gerakan Indonesia Tanpa FPI Tanpa ‘Kekerasan’” itu, mengajak orang untuk mencontoh aksi kekerasan para preman rasisme fasisme anarkisme di Palangkaraya.

Diselingi sorakan dukungan dan tepuk tangan pendukungnya, Hanung memulai orasi. "Terimakasih. Sudah saatnya, kita harus menunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Jangan sampai kita melihat, anak-anak kita melihat, saudara-saudara kita melihat, bahwa yang minoritas itu adalah yang merasa mayoritas dan mayoritas hanya diam saja", kata Hanung.
Temen Hanung dalam berdemo, Guntur Romli, aktor di balik aksi tapi perempuan yang suruh di depan
Temen Hanung lainnya, dedengkot JIL yg diisukan menzinai wanita dan tidak bertanggung jawab, Ulil Abshar Abdalla

Kemudian Hanung memprovokasi orang-orang yang selama ini dianggap sebagai “intelektual, demokrat atau moderat” agar sedikit menjadi militan. Militan seperti kelompok preman anarkis yang mengepung empat orang pimpinan FPI Pusat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Selatan. Seperti yang telah tersebar di media-media massa sebelumnya, dimana kelompok preman itu telah membobol apron bandara. Mereka mengepung bandara dengan membawa mandau dan tombak, seolah telah siap membunuh orang-orang FPI.

"Dan kepada mereka yang mengaku intelektual, mereka yang mengaku demokrat atau moderat tolong sedikitlah menjadi militan. Tolonglah...militanlahlah sedikit. Gitu loh... Sebagaimana temen-temen kita, saudara-saudara kita yang ada di Palangkaraya. Mereka bisa militan, mereka bisa menentukan kapan saya bisa bersikap, kita bisa bersikap, kita bisa diganggu atau tidak diganggu,” ujar Hanung. dikutip Suara Islam Online.

Hanung mengaku resah. Karena selama ini dia tidak dapat tenang dan bebas dalam berkarya karena selalu dianggap salah. Maka dari itu dia mengajak pada “jamaah” JIL yang terdiri dari kaum bencong, cewek perolok dan lelaki bertatto rambut gimbal itu untuk menunjukkan siapa yang mayoritas di negeri ini.

"Sekarang ini kita selalu resah, karena kita melakukan apa-apa selalu dianggap salah. Maka dari itu tolong pada temen-temen semua yang ada di sini mari kita tunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas., gitu aja. Terimakasih-terimakasih," pungkasnya diringi tepuk tangan para pengikut JIL.

Menurut Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad AlKhaththath bahwa orasi Hanung Bramantyo itu secara langsung menunjukkan bahwa ia mendukung tindakan kekerasan. Hanung juga memprovokasi agar orang-orang yang selama ini dikenal “intelektual, demokrat dan moderat” agar menjadi militan sebagaimana militannya orang-orang di Palangkaraya saat mengepung dan mengancam membunuh empat orang pimpinan FPI Pusat di Palangkaraya, seperti yang dilaporkan Suara Islam Online.
Di depan Menteri Agama Suryadharma Ali, Al-Khaththath menyampaikan bahwa berdasarkan rekaman video yang diperolehnya, Hanung telah memprovokasi kalangan liberal, moderat dan demokrat untuk menjadi sedikit lebih militan agar seperti orang-orang di Palangkaraya. "Ini kan berarti mendukung anarkisme di Palangkaraya. Kita punya videonya, kalau Pak Menteri butuh bisa kita kasih", kata AlKhaththath saat itu.

Video tersebut rencananya akan disampaikan kepada manajemen SCTV yang berencana memutar kembali film "?". FUI dan FPI akan membuktikan, bahwa omongan Hanung ternyata berbeda dengan tujuan filmnya yang katanya ingin menyampaikan pesan “anti kekerasan dan anti radikalisme.”

SCTV akan memutar kembali film “?” pada malam ini (24/2). Menurut AlKhaththath rencana pemutaran film itu dinilai akan menambah provokasi kepada Front Pembela Islam (FPI). (siraaj/arrahmah.com)

Sumber  http://arrahmah.com