Sebuah surat
pembaca datang dari seorang ibu bernama Wulan Darmanto yang mengaku prihatin
dengan da'i muda yang kerap tampil di televisi. Dari hatinya yang tulus, ia
memberi nasihat secara tertulis, khususnya kepada Ustadz Soleh Mahmud atau yang
ngetop disapa Solmed.
Tentu saja,
bukan didasari rasa benci atau pun bermaksud untuk ghibah, Ibu Wulan
mengharapkan para da'i muda agar memberi teladan pada umat. Dan seharusnya
pula, Ustadz Solmed menerima nasihat itu dengan lapang dada, dan tidak
menjadikan kritikan itu sebagai ancaman.
Adakalanya,
ustad muda yang bergaya bak selebritis tidak menyadari, bahwa popularitas itu
sesungguhnya adalah ujian. Boleh jadi, Ustadz Solmed merasa 'ditodong' oleh
media entertainmen untuk diwawancarai. Boleh saja, diwawancarai, namun satu
hal, gunakan bahasa dakwah, bukan bahasa seleb. Ini adalah perangkap.
Berikut
surat terbuka seorang Ibu dua anak ini yang tinggal di Pamulang kepada Ustadz
Solmed:
Assalamu’alaikum,
Pak Ustadz...
Sebelumnya
saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan
Solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan
orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di televisi. Saya hanya ibu
rumah tangga yang sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh
dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.
Beberapa
hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang
dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin,
sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan. Bukannya saya
mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa
ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.
Ada bantahan
yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak
lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain. Tapi
bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang
guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah
terpikat oleh pesona seorang wanita?
Esoknya,
saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian,
melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat
bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan
wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan
disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat
bapak singgung.
Tak butuh
waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis.
Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja
memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita. Wanita itu pun ada di situ,
berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz,
tahukah bapak ada banyak ibu-ibu seperti saya geleng kepala melihat tingkah
bapak. Apalagi bolak balik bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah
ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya
dengan pacaran.
Ustadz Solmed,
Sebagai
ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam
Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan
bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan mahrom. Perih hati
saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai
pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain
yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka
pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau
diekspos media infotainment.
Oh, mengapa
ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi komoditi seperti ini.
Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia
yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas
menjadi selebritis. Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani
Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.
Ustadz
Solmed,
Waktu kecil,
saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah
mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz
kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz
Ihsan Tanjung namanya.
Rasa-rasanya
bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan
mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang
terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah
kini bisa dengan mudah menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya
punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara
hiburan.
Pak Ustadz,
Melalui
surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh
dari kefamahan terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan
hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang bapak lakukan menjadi contoh dan
teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah
mengklaim itu sebagai ta’aruf. Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini
mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap
itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.
Konon bapak
baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang
tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara. Saya pernah melewati
fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini
rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di
benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.
Semoga
Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.
Sebaiknya
segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh,
itu to, pacarnya Ustadz Solmed..” yang membuat miris siapa pun yang
mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi,
janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf
sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran
menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak dan
berkiblat pada bapak.
Cukup sekian
surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak
Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah dai, bukan selebriti.
Wassalammu’alaikum
Sumber http://www.voa-islam.com