Rabu, 26 Oktober 2011

Swiss, Negeri Netral yang tidak Netral


 
Swiss yang sekian lama terkenal sebagai negeri netral, saking netralnya bahkan tak bergabung dengan blok manapun dimasa perang dingin, baik blok barat, blok timur bahkan tak bergabung dengan blok ke 3 “negara non blok”.


Tapi gelar swiss sebagai negara netral mendadak hilang manakala berhadapan dengan Islam. Bahkan belum berhadapan dengan Islam secara keseluruhan, tapi baru bersentuhan dengan Menara Masjid yang menjadi simbol tempat ibadah Ummat Islam.

Dalam referandum yang dilaksanakan bulan November 2009 lalu menghasilkan keputusan yang mengejutkan dunia. Dari 2.67 juta pemilih Swiss 57.5% menyatakan setuju atas prakarsa pelarangan pembangunan menara bagi masjid baru di negeri itu. Hanya 4 canton (negara bagian) yang menolak prakarsa dimaksud dari total 26 canton.

Sepertinya propaganda yang dibuat oleh pemrakarsa pelarangan menara masjid itu benar benar ampuh membius para pemilih swiss untuk menggolkan amandemen konstitusi untuk melarang pembangungan menara bagi masjid masjid baru di Swiss setelah selama ini masjid masjid disana dilarang mengumandangkan azan keluar masjid. Padahal hasil poling sebelum penyelenggaraan referandum tersebut menunjukkan hanya 37% responden saja yang menyetujui prakarsa dimaksud.

Partai Nasional Rakyat Swiss, partai terbesar di parlemen swiss yang berada di belakang prakarsa pelarangan menara masjid itu mendorong penyelenggaraan referandum nasional setelah memberikan label negatif kepada menara masjid sebagai simbol dari Islam militan. Dalam kampanye yang lain mereka menyebutkan bahwa menara masjid merupakan symbol kekuatan politik.

Dengan tegas Walter Wobmann, presiden dari panitia penyelenggara mengatakan bahwa prakarsa tersebut tidak berupaya menghentikan siapapun menjalankan agamanya tapi untuk menghentikan politik Islam dan Islamisasi Swiss lebih lanjut. Para pendukung prakarsa pelarangan menara masjid di swiss menyatakan bahwa dengan mengizinkan pembangunan menara masjid akan merepresentasikan perkembangan ideologi dan sistem hukum syariah islam, yang mereka sebut tidak cocok dengan demokrasi swiss.

Dengan referandum ini mendudukkan Swiss sebagai negara Eropa pertama yang menyelenggarakan referandum terkait dengan Islam. Berbagai pihak termasuk amnesty Internasioanl mengecam keputusan itu dengan menyebutnya sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia. Tapi semua kecaman itu sama sekali tak mengubah keadaaan.

Saat ini di swiss terdapat setidaknya 400 ribu muslim atau setara dengan 5% dari total populasi Swiss, sebagian besar merupakan warga migran dari semenanjung Balkan termasuk Kosovo, Albania dan Bosnia. Dari total 150 bangunan masjid dan mushola yang ada di swis saat ini hanya 4 saja yang memiliki menara.

Dengan fakta itu, kini gelar swiss sebagai negeri netral sepertinya sudah tak berlaku lagi.

Sumber  http://bujangmasjid.blogspot.com