By: Yulianna
PS
Penulis Cerpen “Hidayah Pelipur Cinta”
Penulis Cerpen “Hidayah Pelipur Cinta”
Hingga hari ini masih banyak wanita yang
memperdebatkan masalah jilbab. Banyak dari mereka tidak mengenakan jilbab
dengan alasan masih merasa hatinya belum terjilbabi. Statemen ini awalnya
merebak di kalangan artis. Untuk menghindari dan mengingkari perintah hijab.
Mereka menggunakan alasan
di atas untuk menguatkan alasannya membiarkan
kepalanya telanjang ditempat umum.
Pada hari ini, artis telah menjadi ‘berhala baru’ bagi
anak muda. Tidak mengenal sahabat Rasulullah sudah menjadi hal yang dimaklumi,
tapi tidak punya idola artis akan mendapat julukan kampungan, kuper dll.
Setelah artis dijadikan berhala baru yang diidam-idamkan, dipuji-puji,
dikagumi, apa saja yang artis lakukan akan di ikuti, termasuk artis yang tidak
mengenakan hijab.
Dalam kenyataannya, statemen ‘ingin menjilbabi hati’
ini telah melekat di hati banyak wanita muda. Mereka enggan mengenakan hijab
dengan alasan masih belum siap dan ingin menjilbabi hatinya dulu. Kelompok ini
bukan tidak siap, tetapi bisa jadi enggan melakukan persiapan. Padahal perintah
hijab itu bukan perintah biasa, tetapi perintah Allah SWT secara langsung bagi
wanita beriman.
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuan dan anak-anak orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Al-Ahzab
59).
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya.....” (An-Nur
31).
Jika wanita islam enggan mengenakan hijab, lantas apa
bedanya mereka dengan wanita non muslim? Sesungguhnya hijab itu adalah pembeda
antara wanita muslim dengan non muslim.
Tidak ada satupun ada perintah yang mengatakan bahwa
jilbab hati itu merupakan hal yang urgent dibanding jilbab fisik. Statemen
jilbab hati muncul dari kalangan mereka yang belum memahami ilmu hijab dengan
baik.
Meski begitu, hijab itu bukan hijab yang menjadikan
wanita tersebut tabarruj (memamerkan kecantikan), bukan pula yang
bercorak-corak modis. Karena sesungguhnya ada batasan dan kriteria busana
syar’i yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan
telapak tangan, maka tidak boleh ditampakkan leher dan lain-lain walaupun hanya
sebesar uang logam.
2. Bukan busana perhiasan yang justru menarik
perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni.
3. Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis, dan tidak
sempit yang mengakibatkan lekuk tubuhnya tampak atau transparan.
4. Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat
memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya.
5. Tidak menyerupai kaum laki-laki seperti memakai
celana panjang (ketat), kaos oblong, dan semacamnya. Rasulullah melaknat
laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.
6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir.
7. Bukan untuk mencari popularitas.
Jadi, jilbab hati itu tidak ada. Yang Allah
perintahkan adalah jilbab fisik, adapun mengenai hati, itu merupakan kewajiban,
tanpa harus menafikan masalah urgensi jilbab fisik.
Sumber http://voa-islam.com]