Terjemahan Injil yang ditujukan untuk dunia Muslim telah memicu protes
warga Kristen terkait klaim bahwa terjemahan tersebut telah kehilangan pilar
penting dari agama Kristen, Mercury News melaporkan Kamis kemarin
(26/4).
"Jika Anda menghapus "anak", maka Anda harus menghapus
"ayah", dan jika Anda menghapusnya, pilar penting dalam ajaran
Kristen menjadi hilang," kata Rev Georges Houssney, presiden Horizons
International, sebuah organisasi Kristen.
Houssney mengatakan Wycliffe Bible Translators telah menerjemahkan
salinan Injil yang kehilangan ide penting Kristen dari ajaran Trinitas: ayah,
anak dan roh kudus.
Dia telah meluncurkan petisi online yang meminta penerbit yang berbasis di
Florida itu untuk menarik Injil terjemahan yang disengketakan tersebut.
"Tuhan berkata, 'Inilah Anak-Ku,' dan kita tidak dapat menempatkan
kata lain dalam mulutnya," kata Houssney.
Injil yang disengketakan telah mendorong beberapa kelompok Kristen
terkemuka mengancam hukuman berat terhadap penerbit.
Sidang Jemaat Allah, salah satu lembaga Pantekosta terbesar, dengan lebih
dari 60 juta anggota di gereja-gereja yang berafiliasi di seluruh dunia,
mengatakan akan meninjau kembali hubungan mereka dengan Wycliffe.
Para kritikus berpendapat bahwa terjemahan yang tidak akurat membuat sulit
bagi misionaris untuk memberitakan ajaran Kristen.
"Mengubah kata dasar dari injil seperti 'ayah' dan 'anak' juga akan
menjadi bahan bagi Muslim untuk menyatakan bahwa injil telah rusak, penuh
kesalahan dan telah dibatalkan oleh Al-Qur'an serta contoh dari Muhammad,"
kata Pendeta John Harrower, uskup Anglikan dari Tasmania, menulis dalam sebuah
email.
Muslim percaya kepada Yesus sebagai salah satu nabi besar Allah dan beliau
adalah anak Maria/Maryam tetapi bukan anak Allah. Dia dikandung dan lahir
secara ajaib.
Dalam Alquran, Yesus disebut "Isa". Dia juga dikenal sebagai
Al-Masih (Kristus) dan Ibnu Maryam (Anak Maria).
Adapun penyalibannya, umat Islam percaya bahwa Yesus tidak disalib tetapi
langsung diangkat ke surga.
Peninjauan kembali
Kemarahan warga Kristen telah mendorong penerbit untuk memulai penelaahan
terhadap Injil yang disengketakan.
"Orang-orang mengatakan kami mencoba melakukan pekerjaan penerjemahan
agar tidak menyinggung umat Muslim, dan itu tidak benar," kata CEO
Wycliffe Bob Creson.
"Kami berkomitmen untuk terjemahan akurat dari firman Tuhan. Itu
adalah nilai tertinggi kami."
Dia berargumen bahwa dalam beberapa kasus firman Tuhan tidak masuk akal
dalam terjemahan di dalam beberapa kebudayaan.
"Terjemahan adalah proses yang sangat melelahkan, karena Anda harus
memahami budaya masyarakat, dan Anda tidak bisa mengerti hal itu dalam
semalam," katanya.
"Jika Anda punya budaya yang tidak memiliki domba, dan Anda ingin
menerjemahkan kata 'domba', Anda sebaiknya menjelaskan apa itu domba atau Anda
menemukan istilah yang setara dengan hal itu."
Bulan lalu, Wycliffe, yang terlibat di lebih dari 1.500 program
penerjemahan Injil di sekitar 90 negara, sepakat untuk melakukan peninjauan
ulang independen dari kebijakan-kebijakannya oleh Aliansi Injili Dunia.
Peninjauan tersebut akan mencakup penilaian oleh panel ahli untuk
menentukan apakah penerbit dan kelompok afiliasinya tidak benar menggantikan
istilah "Anak Tuhan" dan "Tuhan Bapa."
"Kami mengajukan diri untuk adanya konsultasi global yang akan melihat
praktek terjemahan kami dan kami akan mematuhi rekomendasi itu," kata
Creson.
"Jika mereka membuat rekomendasi untuk melakukan sesuatu yang kita
tidak lakukan di masa lalu, kita akan meninjau kembali dan melihat apa yang
telah kita lakukan."(fq/oi)
Sumber http://www.eramuslim.com