Tokoh lintas agama kerap mengatakan di berbagai forum dan media massa,
tidak ada hak bagi pemerintah untuk melarang aliran-aliran keagamaan yang
dianggap sesat. Mereka mengatakan, aliran Ahmadiyah dan Syiah yang minoritas
tidak boleh dilarang. Katanya, ini negara yang masih mengakui pluralitas, tapi
tidak mengakui pluralisme. Pluralisme menjadi bias. Lalu serta merta, berdalih
toleransi. Namun mengakui kebenaran agama lain.
“Tokoh lintas agama itu tak perlu mengajari umat Islam untuk menghormati
agama orang lain. Sejak zaman Nabi Saw, Islam lahir dalam keadaan masyarakatnya
yang plural, tapi relativisme agama yang mengakui kebenaran agama lain tidak
diajarkan dalam Islam. Tidak ada ayat yang mengatakan, bahwa paham agama lain
selain Islam itu benar,” tukas Direktur INSIST Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
alias Gus Hamid dalam Peluncuran buku terbarunya “MISYKAT: Islam,
Westernisasi, dan Liberalisasi” di Masjid Darussalam, Komplek Griya Tugu Asri,
Depok, Ahad (1/4) lalu.
Masih segar dalam ingatan, tahun 70-an umat Islam mendapat serangan luar
biasa terhadap gagasan sekularisasi yang intinya ingin memisahkan agama dari
politik. Seperti diketahui, gagasan itu dimunculkan untuk meredam partai Islam
ketika itu. Masyumi, sebuah partai Islam yang ikut dalam proses demokrasi
telah menghantui Barat.
Barat cemas dan galau, kalau Masyumi sampai berkembang, dan menjadikan
Indonesia negara Islam. Ketakutan itulah yang menyebabkan Masyumi dibinasakan.
Pikiran umat Islam harus diamputasi, jangan sampai menyatukan agama dengan
politik. Sejak itulah dimasukkan ide sekularisasi.
Ditegaskan Gus Hamid, kenapa harus takut negara Islam, di Roma saja ada
Negara Kristen. Itulah sebabnya, sekularisasi terus didengungkan untuk
menjinakkan umat Islam. Gagasan sekularisasi itu ingin mengajak umat Islam
berpartisaspi dalam pembangunan, sehingga tidak anti pemerintah. Padahal, Islam
sudah kompatible dengan pembangunan.
Di berbagai negara Islam, setelah disekulerkan, yang terjadi malah semakin
banyak wanita berjilbab, masjid semakin tumbuh, tak terkecuali masjid
perkantoran yang menyediakan shalat jumat. “Kalau ditekan masjidnya, yang
bangkit bidang ekonominya. Ditekan tasawufnya, rasionalnya muncul.”
Gus Hamid memastikan, Barat tidak bisa menekan kekuatan Islam sampai
kiamat. Saat ini, peradaban yang masih bertahan hingga abad ini adalah
peradaban Islam. Itu bisa dilihat dari agama, kebudayaan dan bahasanya yang
masih bertahan. Hanya bahasa Arab yang eksis. Sedangkan bahasa Ibrani, Yunani,
dan Sansekerta sudah mati. Desastian
Sumber http://www.voa-islam.com