Akibat pesan di twitternya, seorang
aktivis Mesir batal mendapatkan penghargaan dari Amerika yang menurut jadwal akan
diberikan kepada Jumat depan di Washington.
Kementerian Luar Negeri Amerika,
dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) mencabut nama aktivis Mesir, Samerah
Ibrahim dari daftar 10 perempuan yang akan mendapatkan penghargaan dalam sebuah
ajang penghargaan di departemen Amerika yang akan dihadiri oleh miss gedung
putih Michael Obama.
Penghapusan nama ini diakibatkan
postingan twitt Samirah di halaman pribadinya di Twitter selama beberapa bulan
belakangan yang dinilai anti Amerika dan mendukung kekerasan terhadap Yahudi.
Sebelumnya, sebuah koran mingguan
Amerika memuat judul “Michael Akan Beri Penghargaan Wanita Anti Semit” setelah
aktivis wanita Mesir itu menyampaikan di halaman twitternya perasaan gembiranya
atas terbunuhnya lima warga Yahudi dalam ledakan bus di Bulgaria.
“Wahai Tuhan yang memudahkan siang
hari, hari ini sangat manis.” dalam twittnya. Twitt lainnya melalui lisan
Hitler, “Semakin hari terbuka bahwa tak ada tindakan amoral dan tidak ada
tindakan kejahatan terhadap masyarakat, kecuali Yahudi memainkan perannya di
situ.”
Serangan ke Masjid
Serangan ke Masjid
Sementara itu, Yayasan Wakaf dan
Peninggalan Islam “Al-Aqsha” mengatakan dalam pernyataan resminya hari ini
Sabtu (09/03/2013) penggerebekan penjajah Zionis-Israel ke dalam Masjid
Al-Aqsha Jumat (08/03/2013) sore dan tindakan kekerasan kepada jamaah shalat,
termasuk kepada jamaah perempuan bertujuan untuk intimidasi agar tidak
dimakmurkan dan mengurangi jumlah mereka.
Penjajah Zionis juga berusaha
menghancurkan seluruh program membela masjid suci itu. Sebab selama ini yang
menjadi Israel gusar adalah keberadaan jamaah shalat secara kontinyu di masjid
tersebut setiap hari dan pagi-pagi di sana.
Zionis-Yahudi berusaha mengubah
masjid Al-Aqsha menjadi arena konfrontasi. Hal itu dilakukan sebagai intimidasi
bagi setiap yang berfikir datang ke Masjid Al-Aqsha untuk shalat, beribadah
atau menimba ilmu di masjid tersebut. Penjajah zionis ingin agar para pecinta
masjid Al-Aqsha dan pembelanya merasa terancam kekerasan oleh serdadu mereka.
Menurut Yayasan Al-Aqsha, tindakan
penjajah zionis terutama pekan terakhir bukan spontanitas atau responsif namun
tindakan itu dinilai sistematis untuk mengkondusifkan kekerasan demi mentarget
capaian lebih besar terhadap Masjid Al-Aqsha. Bahkan yang mengagetkan jumlah
pasukan dan cara serangannya lebih massif. Israel ini mengubah masjid menjadi
barak militer, termasuk kekerasan terhadap tim medis,wartawan, penjaga masjid
sebagai bukti ada target lebih besar yang ingin dicapai Zionis.*