Jumat, 13 Januari 2012

Harga Toilet DPR Lebih Mahal Dari Satu Sekolah di Jambi

Polemik mengenai anggaran 2 milyar untuk toilet di DPR masih terus bergulir. Petinggi DPR pun beresikeras bahwa renovasi toilet harus dilakukan.

Salah satunya adalah Ketua DPR, Marzuki Alie. Ia mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang wajar kalau memang fasilitas tersebut mengalami kerusakan.


"DPR itu orang-orang politik, tidak mengerti urusan gedung, memeliharanya bagaimana. Itu urusannya pemerintah melalui Setjen DPR, termasuk kuasa pemegang anggarannya. Tidak ada kaitannya dengan DPR," katanya, di Semarang, Jumat.

"Saya pikir di manapun juga, apakah di sekolah, masjid, gedung, atau fasilitas-fasilitas umum lainnya, kalau toiletnya rusak ya wajib diperbaiki," katanya.

Hal itu dia ungkapkan sebelum memberikan kuliah umum bertema "Kebijakan Pendidikan dalam Menyiapkan Generasi Muda Menuju Visi Indonesia 2025-2045" di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang.

Ia menjelaskan, DPR itu mengurusi anggaran sebesar Rp1.400 triliun, sementara untuk memperbaiki fasilitas toiletnya tidak diperbolehkan meski sudah mengalami kerusakan.

Terkait rencana perbaikan toilet di Gedung DPR, Marzuki mengatakan, urusan gedung, urusan pemeliharaan fasilitas kerja anggota DPR merupakan urusan pemerintah melalui Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR.
Karena itu, Alie yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu meminta untuk tidak terus mencurigai apa yang dilakukan, seolah-olah DPR menghabis-habiskan uang rakyat.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua DPR, Anis Matta. Ia menilai renovasi toilet anggota DPR yang menelan biaya 2 miliar adalah hal yang wajar. Karena itu kegiatan tersebut tidak perlu dipersoalkan.
“Renovasi itu diperlukan dan semua sudah diurus oleh Sekretariat Jenderal DPR sehingga tidak perlu dipersoalkan,” kata politisi PKS itu.

Kenyataannya, kata Anis, sekarang ini sudah banyak toilet yang tidak bisa digunakan sehingga perlu perbaikan. Apalagi itu toilet di bagian ruang kerja dewan.

Namun sebaliknya anggota DPR dari Gerindra Asrian Mirza mengatakan kegiatan seperti itu sebenarnya tak lebih dari cari-cari proyek saja. “Bukan cerita baru, kegiatan Setjen DPR sangat sering sebagai proyek belaka. Ada proyek absensi dan sekarang soal renovasi toilet.”

Menurutnya, kalaupun ada yang diperbaiki, tidak harus semua. “Jadi hentikan proyek itu, lebih baik untuk MCK agar rakyat hidup sehat.”

Kepala Biro Pemeliharaan Pembangunan dan Instalasi Setjen DPR Soemirat menjelaskan, toilet yang berada di Gedung Nusantara I belum direnovasi sejak dibuat sekira tahun 1994 silam. “Kalau dihitung usianya sudah 17 tahun,” katanya kepada wartawan di DPR, Rabu (4/1).

Beli Peralatan

Dalam pagu anggaran, Setjen DPR memang memasukan biaya renovasi sebesar Rp2 miliar, yakni untuk membeli peralatan baru pelengkap toilet seperti kloset, urinior, wastafel termasuk jet shower. “Kita harapkan bisa semua diperbaiki, tapi kalau tidak cukup, sebagian kecil bisa dianggarkan berikutnya.”
Kondisi toilet yang sekarang ini, lanjutnya tidak lagi nyaman dan sehat. “Kalau masuk ke toilet mungkin bisa diperhatikan, bau.”

Anggota Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Arwani Thomafi menyatakan di Gedung Nusantara I terdapat 220 toilet. Nanti akan dilihat mana yang perlu diperbaiki atau tidak.

“Selama ini sudah banyak minta diperbaiki, karena memang ada kerusakan, seperti mampet, kran tak berfungsi dan lainnya.

Lantas haruskah hanya untuk perbaikan harus menelan dana 2 milyar rupiah. Bukankah hanya untuk menyedot wc yang mampet dan memperbaikinya tidak perlu menelan dana sebesar itu.

Padahal dana sebanyak itu bisa dialokasikan untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak atau bahkan membangun sebuah sekolah.

Jambi Butuh Sekolah, Harga 1 SMK Hanya 1,2 Milyar

Di Jambi, misalnya, Pemprov Jambi melalui dinas pendidikan mengucurkan anggaran sebesar Rp 1,2 miliar yang digunakan untuk pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Agrobisnis dan Ruang Kelas Baru (RKB) di Kecamatan Jangkat. 

Hal itu dikatakan Kadis Pendidikan Provinsi Jambi H Idham Kholid ketika mengunjungi SMK 1 Merangin. Bahkan perhatian dari Pemprov Jambi ini juga di-support melalui Pemkab Merangin.

‘’Kami sudah menganggarkan untuk pembangunan SMK Agrobisnis dan RKB di Jangkat, nilainya mencapai Rp 1,2 miliar. Kemudian juga untuk usulan penambahan RKB di SMK 1 Merangin tetap kami proses, sebab usulan perencanaan yang diberikan baru masuk. Biasanya untuk bantuan RKB kami berikan dalam bentuk uang dengan nilai 1 RKB Rp 40 juta,” katanya seperti dilansir metrojambi.com, Jum'at (23/12/2011)

Sementara Wakil Gubernur Jambi H Fachrori Umar mengatakan, sangat antusias dengan pembangunan di Merangin. Sebab, Merangin memiliki berbagai cara dan upaya untuk terus melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya pendidikan.

Selain itu, Wagub juga salut dengan kekompakan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat, sebab baru Merangin yang memiliki sekolah gratis untuk dhuafa. ‘’Ini terobosan baru yang diterapkan Bupati Merangin dan ini juga sebagai contoh kabupaten lain. 

Di Merangin saja bisa kok di kabupaten tidak,” terangnya. Bukan itu saja, Merangin salah satu kabupaten dengan pendidikan yang lengkap. Sebab mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi sudah ada di Merangin.

’’Hal ini bisa dijadikan contoh, salah satunya sekolah gratis, tinggal lagi bagaimana kita akan melanjutkan pendidikan yang siap kerja,” ungkapnya.

Sedangkan Bupati Merangin H Nalim ketika diwawancarai mengatakan, bantuan dari provinsi ini merupakan rangkaian ikatan erat kerjasama, baik Provinsi Jambi dan Merangin. Namun, Pemkab Merangin juga tidak tinggal diam.

Untuk diketahui bersama, Jambi adalah salah satu provinsi yang mengalami permasalahan serius mengenai pendidikan.Ini terlihat dari banyaknya sekolah yang melebihi kapasitas daya tampung siswa.
Di SD 61 di Kasang Pudak memiliki hampir 800 siswa. Dengan kondisi demikian siswa terpaksa berlajar secara bergiliran. Oleh karena itu, masyarakat meminta perhatian pemerintah agar mendapatkan penambahan kelas atau dibangun SD baru.(Pz)

Sumber  http://www.eramuslim.com