Senin, 01 April 2013

Imam Masjidil Haram Tak Segan Beresi Tikar Shalat


"Seorang yang hafal Alquran hendaknya dapat memelihara kepribadiannya."

Itulah petuah Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Syaikh Saad Alghamidi kepada belasan wartawan yang menemuinya di Hotel Borobudur Ahad (30/3) malam sebelum esoknya pulang ke Arab Saudi.


Ternyata perkataannya bukan sekadar omong kosong. Ia memperlihatkan sebagai seorang yang hafal Qur'an, ia dapat memperlihatkan nilai-nilai Alquran dalam tindakannya.

Selepas shalat maghrib, Syaikh Alghamidi yang menginap di Hotel Borobudur Jakarta terus didatangi wartawan yang ingin mendapatkan wejangan. Ia bersama adiknya Syaikh Faisal dan Ustaz Yusuf Mansur tampak akrab berbincang-bincang.

Tak lama kemudian, waktu isya pun tiba. Para pengunjung bersegera masuk mushalla hotel tak sabar ingin diimami Syaikh Alghamidi.

Saat itulah, ketawadluan Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu terlihat. Tanpa segan ia menjadi orang pertama yang berinisiatif membereskan dan mengatur tikar sajadah untuk shalat para jamaah. Beberapa orang melihatnya langsung bersegera membantunya.

"Jangan Syaikh. Biar saya saja," celetuk salah seorang wartawan dan bersegera mengambil tikar dari tangan Syaikh Alghamidi.

Syaikh Alghamidi dengan sopan menolaknya. Ia menjelaskan tak ada salahnya ikut merapikan tikar sajadah. Ia menganggap dirinya juga sama dengan jamaah lainnya yang juga harus ikut menjaga kebersihan mushalla dan keteraturan shaf dan sajadah.

Demikian juga sang adik, Syaikh Faishal tampak sibuk mengoleskan minyak wangi bagi seluruh jamaah yang hadir. Ia tak ingin melewatkan sunnah 'memakai wewangian' sebelum shalat. Sunnah yang sederhana yang bahkan masih jarang didapati jamaah di Indonesia.

Setelah iqamah dibacakan, Syaikh Alghamidi datang merangkul tangan Ustaz Yusuf Mansur. "Syaikh Yusuf, saya belum pernah mendengar suaramu," katanya kepada Ustaz Yusuf Mansur.

Ustadz Yusuf Mansur tampak gugup. Bagaimana mungkin Imam Masjid Nabawi memintanya mengimami shalat. Namun tawaran Syaikh Alghamidi tampaknya kali ini tidak main-main. Ia terus memegang tangan Ustaz Yusuf Mansur.

Mungkin terpikir oleh Syaikh Alghamidi, besok adalah hari terakhir berada di Indonesia, sementara ia belum pernah mendengarkan suara Ustadz Yusuf melantunkan Alquran sebagai imam. Syaikh Alghamidi menatap Ustaz Yusuf dalam-dalam berharap agar Ustaz Yusuf Mansur bersedia mengimami shalat.

Akhirnya Ustaz Yusuf Mansur maju. Syaikh Alghamidi di belakang sebagai makmum. Ustaz Yusuf Mansur membaca ayat demi ayat dengan separuh terisak. Ia membaca surat Al 'ala di rakaat pertama dan surat Alghasyiyah di rakaat kedua.

Itulah kerendah-hatian seorang ulama yang juga pakar Alquran. Qari terkenal yang menjadi rujukan penghafal Alquran di seluruh dunia. Ternyata tanpa segan, ia lebih memilih untuk menjadi makmum.

Benar kata pepatah, semakin berisi sebuah padi, semakin merunduklah. Semakin seseorang mencapai keshalehan dan ketaqwaan, semakin rendah hatilah ia. Seperti yang tampak jelas dari sosok Syaikh Alghamidi, Semoga Allah SWT senantiasa menjaganya, amin.