Nama institusi polri kembali
tercoreng dengan kelakuan salah satu anggotanya. Seorang Polisi Lalu Lintas di
Polda Bali, Bripka Made terekam kamera tersembunyi turis Belanda Kees van Der
Spek saat sedang meminta uang damai.
Sebenarnya apa yang dilakukan Made sudah benar, dia menilang Van Der Spek yang mengendarai motor di jalanan tanpa menggunakan helm, terlebih bule berambut kriting itu juga tak mempunyai surat izin mengemudi (SIM). Namun Made justru menawarkan jalan 'damai' kepada Van Der Spek.
"Kalau ke pengadilan bisa kena Rp 1,2 juta, kalau di sini cukup Rp 200 ribu. Semua beres tak perlu ke pengadilan," ujar Made saat menawarkan damai kepada Van der Spek.
Tak hanya itu, Made juga menawarkan sebotol bir kepada Kees usai menerima uang damai Rp 200 ribu. Namun dengan alasan akan mengemudi motor, Kees lalu menolaknya.
Kees ternyata seorang jurnalis dari saluran televisi Belanda yakni SBS6. Dia membawakan acara berjudul Oplichters in het Buitenland. Tayangan dokumenter ini mewawancarai para turis asal Belanda yang bepergian ke pelbagai negara dan menjadi korban kejahatan di sana. Lalu Kees melakukan perjalanan ke negara yang dimaksud termasuk Indonesia dan merelakan dirinya menjadi korban hanya untuk mengetahui bagaimana tindak kriminalitas itu bisa terjadi.
Apa yang dilakukan oleh Bripka Made itu tentu bertolak belakang dengan perilaku Aiptu Jailani. Anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani dikenal seantero Gresik karena kejujuran dan tak kenal kata damai saat menilang pengendara lalu lintas yang tak patuh pada aturan.
Bahkan pada tahun 2011 silam, Jailani pernah menerima ucapan selamat dari Dirlantas Polda Jawa Timur karena kredit poin tertinggi buku tilang, dengan 2400 surat tilang yang dia tandatangani selama satu tahun. Jumlah surat tilang tersebut, semuanya diambil melalui proses sidang di pengadilan.
Jailani pun tak pandang bulu dalam menilang pengendara yang salah, pejabat Polda, TNI, wartawan, anggota KPK bahkan istrinya sendiri dia tilang. Tak sedikit dari mereka yang menggoda Jailani dengan sejumlah uang damai, termasuk saat menilang anggota KPK.
Meski sama-sama bertugas di korps lalu lintas, kelakuan Bripka Made beda jauh dengan Aiptu Jailani. Bripka Made lebih cinta 'damai' sedangkan Aiptu Jailani tak kenal damai dalam menindak pelanggar lalu lintas.
Kisah Aiptu Jailani pun membuat bangga kesatuan dan institusinya, sementara Bripka Made justru malah membuat korps Bayangkara semakin terpuruk karena citra polisi korup di negeri ini masih banyak.