Dradjad mengatakan, survei internal yang
dilakukan partainya dengan tetap memegang kaidah ilmiah dan objektivitas
ternyata hasilnya berbeda jauh dengan versi lembaga survei yang marak
menjelang pileg. Karenanya anggota DPR RI periode 2004-2009 itu
menganggap ada lembaga survei yang telah menjual diri demi kepentingan
pihak tertentu.
“Pihak yang paling kalah dalam pemilu kali
ini adalah lembaga survei yang telah melacurkan integritas dan
objektifitas ilmiah,” kata Dradjad kepada JPNN tadi malam.
Menurutnya, kesalahan dari sejumlah
lembaga survei itu tergolong fatal dan secara ilmiah tidak bisa
dijelaskan. Karenanya, Dradjad menyebut lembaga survei yang ‘menjual
diri’ itu justru menjadi alat propaganda bagi kepentingan tertentu.
"Lembaga-lembaga survei yang melacurkan
dan menjual ilmu mereka dengan harga murah lebih jelek dari
anggota-anggota DPR yang korup. Anggota DPR yang korup hanya menjual
jabatan mereka, sementara lembaga survei pesanan menjual ilmu mereka.
Secara moril menjual ilmu untuk kepentingan uang lebih buruk," tegasnya.
Lebih lanjut Dradjad mencontohkan hasil
survei yang menyebut keputusan PDIP mencalonkan Joko Widodo sebagai
calon presiden (capres) bakal mengatrol perolehan suara partai pimpinan
Megawati Soekarnoputri itu tembus angka 30 persen. Atau, ada pula
lembaga survei yang menempatkan partai-partai Islam bakal bubar karena
gagal melewati ambang batas parlemen.
“Faktanya, pencapresan Jokowi ternyata
tidak sesuai dengan survei yang mereka lakukan bahwa PDIP akan bisa
mendapat suara di atas 30 persen. Partai-partai Islam juga ternyata
lolos,” tegasnya.(ara/fas/jpnn)