Seorang elit pimpinan Partai Salafi
An-Nur di kota Alexandria, Mahmud Abdul Hamid, menyatakan akan memilih “na’am”
dan menyetujui konstitusi yang baru, walaupun merupakan produk para penari
perut. Pernyataan tersebut dikeluarkannya pada hari Jumat (27/12/2013) dalam
sebuah konferensi yang diadakan Partai An-Nur di kota Alexandria.
Pernyataan ini dikeluarkan untuk
menjawab rumor yang tersebar bahwa partai Salafi ini telah berubah haluan
sangat jauh ketika memperjuangkan lolosnya konstitusi dalam referendum yang
akan dilakukan pertengahan bulan depan. Abdul Hamid menuduh Ikhwanlah yang
telah menyebarkan hal tersebut.
Selain itu, Abdul Hamid juga
menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah jamaah yang berubah-ubah warnanya.
Sedangkan Partai An-Nur tidak akan melakukan dialog dengan jamaah yang sifatnya
seperti itu. Hal tersebut dinyatakannya tanpa menjelaskan apa yang dimaksud
dengan “berubah-ubah warna” seperti yang dituduhkan kepada Ikhwanul Muslimin,
dan dalam kasus apa.
Konstitusi yang baru merupakan
amandemen terhadap konstitusi yang disahkan dalam referendum tahun 2012 yang
dibekukan oleh As-Sisi dalam pengumuman kudetanya 3 Juli silam. Proses
amandemen dilakukan oleh Komisi 50 yang diisi oleh mayoritas kaum liberal,
penyanyi, penari, dan bintang film. Kelompok Islam yang merupakan mayoritas
dalam pemilu tahun yang lalu hanya diberi satu kursi, dan diwakili oleh Partai
Salafi An-Nur.
Partai ini turut dalam proses
amandemen konstitusi karena memang terlibat dalam proses kudeta sejak awal.
Setelah selesai amandemen, Partai Salafi An-Nur juga berjuang untuk
meloloskannya dalam referendum yang akan dilaksanakan pada 14-15 Januari 2014
mendatang. Referendum ini akan diboikot oleh Ikhwanul Muslimin dan
partai-partai yang terlibat dalam Koalisi Pro-Demokrasi Anti-Kudeta.