KAUM Protestan Amerika mewarisi kebencian mereka terhadap Islam dari pendukung perubahan abad ke-16 di Eropa. Berdasarkan buku Thomas Jefferson’s Qur’an yang ditulis oleh Denise A. Spellberg, terdapat tiga orang yang menjadi pencetus dari anti-Islam di Eropa.
Pencetus pertama adalah Protestan asal Jerman, Martin Luther (1483-1546). Menurutnya, Islam dan Katolik adalah ‘Antichrist’.
“Inti dari Antichrist adalah paus, tapi kulitnya adalah the Turk,” ujar dia. The Turk adalah Sultan Ottoman yang ia anggap sebagai pimpinan Islam.
Luther menganggap al-Qur’an sebagai buku yang berisi fitnah. Ia mendukung penerjemahan Qur’an ke Latin pada 1542 di Basel, Swiss, agar umat Kristiani dapat mempelajari kebohongan dan fabel.
Untuk lebih mendoktrin pengikutnya, Luther juga menerjemahkan satu polemik anti-Islam pada abad ke-13 dan menulis dua risalah anti-Ottoman.
Pencetus kedua adalah Protestan asal Perancis, John Calvin (1509-1564). Ia adalah ahli teologi yang pandangannya terhadap islam mempengaruhi kaum Protestan Amerika.
Sama halnya dengan Luther, ia menganggap bahwa Islam adalah antichrist. Namun, bukan Sultan Ottoman yang ia anggap sebagai antichrist, melainkan Nabi Muhammad.
Teologi Calvin sangat berpengaruh pada Protestan di Amerika Utara. Oleh karena itu, mayoritas dari penduduk awal Amerika mengadopsi pemikiran Calvin mengenai islam dan antichrist.
Pencetus ketiga adalah Protestan asal Inggris, John Foxe (1516-1587). Pada 1566, ia menulis buku yang menjelaskan asal mula Islam dan sejarah militer Ottoman.
Foxe mendeskripsikan kekejaman Turki pada kaum Kristiani. Untuk menambah simpati dari para pembaca, ia melebih-lebihkan kekejaman bangsa Turki. Karya Foxe tersebut menjadi buku yang paling berpengaruh di antara Protestan martilogi di koloni Inggris Amerika. (*rol)
sumber