SIAPA tidak pernah
mendengan istilah pendidikan karakter? Bapak-ibu guru mungkin tidak asing
dengan format pendidikan yang ramai dijumpai di sekolah dewasa ini. Pada
berbagai daerah pun muncul desakan agar pendidikan karakter dibakukan dalam
kurikulum. Padahal model pendidikan dari Barat ini bukan tanpa kritik. Erma
Hida Prawitasari, Direktur Andalusia Islamic Education Management
Service mengkritik tajam metode pendidikan karakter. Ini disebabkan
karena di Barat pendidikan ini berfaham bebas nilai.
“Pendidikan Karakter di Barat hanya
membantu siswa menemukan nilainya sendiri. Jadi mereka bebas punya nilai yang
berbeda-beda. Ini sangat bertentangan dengan Islam,” imbuh master pendidikan
dari Universitas Boston ini suatu ketika dalam diskusi kantor Institute
for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Jakarta.
Menurut Erma, di Barat, jika zina
itu dilakukan anak dengan sadar, sukarela, dan bertanggungjawab, maka itu tidak
bermasalah dalam pendidikan Karakter. Yang bermasalah justru kalau perzinahan
dilakukan tanpa disertai sikap bertanggung jawab.
“Ini kan bertentangan dengan Islam.
Dalam Islam, zina itu pasti dosa terlepas dari seorang anak itu mau bertanggung
jawab untuk punya anak atau tidak,” cetus wanita lama tinggal di Barat ini.
Rupanya bukan saja model
pendidikannya yang bermasalah, bahkan pendirinya pun memiliki sisi kelam.
Adalah Lawrence Kohlberg, yang
dikenal sebagai Profesor dalam bidang psikologi sosial di Universitas Chicago.
Selain itu Kohlberg juga terkenal sebagai pakar pendidikan di zamannya.
Tidaklah heran jika teori moralnya dicicipi para mahasiswa keguruan di bangku
perkuliahan.
Lahir di Bronxville New York tahun
1927, Kohlberg terlahir sebagai seorang Yahudi. Kisahnya kemudian dihiasi
dengan berbagai usaha memobilisir eksodus warga Yahudi ke Palestina. Meskipun
masih terbilang muda (18 tahun), ia telah berkomitmen kepada Zionisme dan turut
mengangkat senjata. Kecintaannya akan berdirinya Negara Israel raya
dibuktikannya dalam menjalani aksi-aksi penuh resiko.
Cerita memilukan ini bermula dari
tugas akademisnya di Punta Gorda, Belize, sebuah negara kecil di pesisir timur
Amerika Tengah. Kunjungan itu dilakukan Kohlberg pada tahun 70-an beberapa saat
setelah ia pulang dari negara Zionis Israel. Selama di Belize, pria berambut
panjang ini untuk melakukan penelitian sepuluh hari dari bulan desember 1971
hingga awal 1972.
Selama penelitiannya itu, Kohlberg
tidak sadar telah terinfeksi sebuah parasit bernama Giardia Lamblia. Parasit
ini terkenal sebagai salah satu parasit ganas yang menyerang 200 juta penduduk
bumi di seluruh dunia. Meski kecil, Giardia Lamblia dapat memicu demam tinggi
pada tubuh manusia.
Seperti ditulis Garz Detlef dalam
buku biografi tentang Kohlberg, Lawrence Kohlberg: An
Introduction, penyakit mengerikan Kohlberg berhasil didiagnosa dokter
pada Mei tahun 1973. Kohlberg kemudian harus menerima suatu kondisi, dimana
rasa sakit, ketidakberdayaan, hingga pada tahap depresi melanda kehidupannya
selama 16 tahun. Hal ini tidak lain disebabkan efek dari virus yang ditancapkan
sang parasit. Untuk meredakan penyakitnya, Kohlberg pun kemudian dirawat pada
sebuah rumah sakit di Cape Pod, Massachusetts.
Perawatan intensif Rumah Sakit
rupanya tidak membawa Kohlberg pada kesembuhan. Kondisi yang tak jua kunjung
membaik, membuat kondisi kesehatan Kohlberg menurun, baik secara fisik maupun
mental. Inisiator pendidikan karakter ini pun diliputi rasa putus asa. Entah
kenapa gagasan pendidikan karakter yang ia telurkan tidak terinternalisasi
dengan baik pada dirinya.
Kohlberg terjerembab pada depresi
berkepangangan dan tidak banyak berjuang untuk bertahan. Ironisnya, Kohlberg
justru terfikir untuk mengakhiri hidupnya. Tentu ini adalah sebuah aib bagi
dunia psikologi yang mengajarkan perlawanan untuk keluar dari sebuah masalah.
Senin, 19 Januari 1987, Kohlberg
meminta cuti satu hari dari Rumah Sakit Massachusetts tempat ia dirawat. Tanpa
diketahui pihak medis, Kohlberg lalu pergi dengan mobilnya menuju pantai yang
sepi. Kabarnya, Kohlberg dihantui persaan gundah. Ia merasa sudah putus asa
melihat penyakitnya tidak beranjak kepada kesembuhan.
Mulai saat itu, kabar kaburnya
Kohlberg mencuat di media massa. Banyak orang mencari keberadaanya namun tidak
berhasil mendapati aktivis yang menyelundupkan bangsa Yahudi ke Palestina
terebut. Dan kabar beredar bahwa Kohlberg justru mengunjungi Boston Harbor,
sebuah daerah tepi pantai dekat Samudera Atlantik. Dan di samudera Atantik
itulah, pencetus pendidikan Karakter ini rela membunuh dirinya sendiri secara
tragis. Kohlberg menenggelamkan tubuhnya ke dalam samudera bersama virus yang
telah menggerogotinya dalam waktu sekian lama.
Sesaat setelah itu, informasi
menghilangnya Kohlberg masih mewarnai media-media besar di Amerika Serikat.
Polisi pun terlihat sibuk mencari tahu kabar kaburnya Kohlberg.
Dalam laporan The New York
Times, polisi hanya menemukan mobil Kohlberg terparkir di perumahan
Jalan Winthrop pada tanggal 21 Januari 1987. Hingga jasad Kohlberg akhirnya
berhasil diketemukan pada April 1987. Tepat pukul jam 12:30 siang, seorang
polisi negara bagian patroli menemukan jenazah Kohlberg mengapung sekitar 1.000
meter ke arah selatan pantai. Dari hasil pemeriksaan medis, disimpulkan bahwa
tenggelam adalah penyebab kematian seorang Kohlberg.
Sayangnya, hingga kini kematian
Kohlberg masih saja dirayakan oleh beberapa kalangan di Amerika. Mereka menilai
Kohlberg telah mengambil pilihan hidup yang tepat bagi dirinya. Iya, persis
seperti doktrin pendidikan karakter.