Aurumita (kiri) dan Fatima (kanan),
menjelaskan cara kerja penemuan mereka, Autopot, kepada para pengunjung di
LIPI.
“Saya jelaskan ya cara kerjanya bu,”
ujar Fatima dengan suara nyaris tak terdengar ketika saya bertanya, apa
penemuannya bersama Aurumita. Keduanya adalah peserta kompetisi termuda dalam
kompetisi NYIA. Kedua gadis mungil yang berasal dari kelas 5 SD Muhammadiyah
Manyar Gresik ini harus bersaing dengan para siswa SMA dalam ajang inovasi ini.
Alat ciptaan mereka yang diberi nama
Autopot memanfaatkan barang bekas untuk menyiram tanaman dengan menerapkan
perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan gerak. Para juri pun terpikat
menjadikan mereka sebagai finalis dari 29 karya NYIA yang dipamerkan di LIPI pertengahan
November silam.
Dengan alat ini, pengguna bisa tetap
menyiram bunga kapan saja, bahkan saat jauh dari rumah, hanya melalui dering
ponsel. Kedua gadis kecil ini pun menyambungkan kabel-kabel dan meminta tolong
guru mereka, untuk menelepon ponsel yang tersambung ke rangkaian dinamo mereka.
Deringan telepon akan membuat dinamo
bergerak yang mengakibatkan baling-baling berputar mengisap air dan
mengucurkannya melalui sedotan. Ketika ibu guru mematikan sambungan ponselnya,
air tak lagi mengucur dari sana.
Saat kedua siswa itu kembali sibuk
menjelaskan cara kerja alat mereka kepada para pengunjung, saya bertanya kepada
Umi Syarifah, ibu guru pendamping mereka, bagaimana anak seusia mereka bisa
menciptakan alat terkait dinamo dan cara kerjanya.
Menurut Umi, ada kegiatan
ekstrakurikuler robotik dan Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah mereka,
memungkinkan para siswa untuk mengembangkan hal-hal semacam ini. Dari mana ide
penciptaan ini berasal? Dengan senyum manis mereka berkata, dari pengalaman
pribadi mereka di rumah.
(Titania Febrianti)