Harta dan jabatan bukan hal yang
utama bagi Endang Taqiyyah (49). Meski saat ini suaminya menjadi Wakil Wali
Kota Malang, Endang tetap menjalani aktivitasnya sebagai penjual nasi di kantin
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki).
Saat Surya Online berkunjung ke
kantinnya Jumat (18/10/2013) malam, suasana masih sepi. Endang yang saat itu
sedang resik-resik, mengatakan biasanya kantin baru ramai sekitar pukul 20.00
WIB. "Anak-anak sampai jam 20.00 WIB masih ada kegiatan kampus PKPBA, selesai
kegiatan baru mencari makan," kata Endang lugas
Kantin Endang yang bernama Kantin
El-Salwa ini, terletak di dalam lingkungan mahad putri UIN Maliki. Pelanggannya
mahasiswi UIN Maliki semester 1 yang diwajibkan mondok selama satu tahun.
Kantinnya seperti warung-warung
sederhana lainnya. Mejanya terbuat dari kayu biasa, namun model layanannya
seperti prasmanan, di mana mahasiswi mengambil sendiri makanannya. Ada 25 macam
masakan yang disediakan, dengan lima orang pegawai yang melayani. Endang pun juga
ikut menyiapkan masakan meski tidak memasaknya.
Tiap subuh, Endang harus ke Pasar
Dinoyo utuk berbelanja keperluan kantinnya. Kalau tidak ada kegiatan protokoler
Pemkot Malang, Endang pasti ada di kantinnya.
Ketika jarum jam menunjukan pukul
20.00 WIB, banyak mahasiswi yang mencari makan. Bahkan Endang pun melayani para
mahasiswi yang makanannya dibungkus. "Kalau pagi dan siang lebih ramai
lagi. Saya malah bungkusnya harus cepat, dan sering kurang rapi," sambung
Endang kemudian tertawa.
Menurut Endang, jabatan suaminya
tidak akan mempengaruhi pribadi dan kegiatannya. Bahkan Endang menuturkan,
Sutiaji tidak menuntut dirinya menjadi istreri pejabat yang harus tampil
perlente. "Saya dan suami menganggap jabatan dan harta hanya amanah dan
sementara, tidak dibawa mati. Bapak juga tidak menuntut saya harus begini atau
begitu. Saya apa adanya saja," ujar perempuan asli Pasuruan ini.
Ibu empat orang anak ini
menjelaskan, sudah berjualan nasi di UIN Maliki sejak 2007. Bahkan sebelum
Sutiaji menjabat sebagai anggota Komisi D DPRD Kota Malang. Meski saat ini
Sutiaji menjadi orang nomor 2 di Kota Malang, Endang tetap tidak menutup
kantinnya.
Bagi lulusan UIN Maliki jurusan
Tarbiyah ini, kantinnya merupakan pengingat untuk terus bersikap merendah.
Endang menuturkan tidak malu berjualan nasi, meski saat ini posisinya sebagai
isteri Wakil Wali Kota Malang. "Selama yang saya lakukan halal tidak
masalah, bapak pun tidak masalah. Mengenai posisi bapak, Insya Allah saya bisa
menyesuaikan diri," ucapnya.
Pribadi Endang yang apa adanya dan
tidak memandang hal duniawi ini karena Endang tergugah dengan Sy'ir Tanpo
Wathon milik Gus Dur. Endang menerangkan, hidup manusia itu harus ikhlas, dan
jangan memandang rendah orang lain, apalagi membanggakan jabatan dan harta.
"Hidup ini ujungnya kematian, jabatan dan harta tidak ikut dibawa. Jadi
saya mencoba memandang jabatan suami saya ini sebagai cara mencari ridho Allah
SWT," pungkas Endang.
Nurul Hikmah, dosen Mahad Putri UIN
Maliki, mengaku salut dengan Endang. Menurut dosen Bahasa Arab ini, Endang
merupakan sosok yang bersahaja. Nurul yang juga alumni UIN Maliki ini bahkan
sempat menyaksikan, saat Sutiaji makan di kantin ini saat masih menjadi anggota
DPRD.
Saat itu, Nurul melihat sosok Endang
dan Sutiaji yang sedang makan bersama di kantin sangat romantis. "Bu
Endang ini panutan saya, saya ingin mencontoh beliau. Bu Endang senang guyon,
itu yang membuat saya nyaman makan di sini," imbuh Endang.
Mahasiswi UIN Maliki, Indah mengaku
sering makan di Kantin El-Salwa. Makanan favoritnya adalah sayur manisa dan
terong panggang. "Harganya murah, paling mahal Rp 9.000. Biasanya Rr 5.000
saya sudah makan enak," tandas mahasiswi jurusan Bahasa Inggris ini.