Jumat, 06 September 2013

Teruskan Mimpi Sang Ayah, Ilham Habibie Bikin The Next N250


Lima belas tahun lalu bangsa Indonesia pernah bermimpi punya pesawat buatan anak negeri melalui N250 yang diciptakan BJ Habibie.

Namun, apa daya akibat ikut terseret arus politik, pesawat yang dinamai Gatotkaca tersebut yang sudah melalu berbagai perjuangan dan kerja keras oleh International Monetary Fund (IMF) diperintahkan untuk dihentikan.


Lima belas tahun berlalu, mimpi yang kandas tersebut kembali dihidupkan kembali oleh sang anak Ilham Habibie yang bertekad untuk mewujudkan mimpi sang ayah dan bangsa Indonesia, memproduksi pesawat sipil the next N250, si Gatotkaca terbang melintasi nusantara dan dunia.

Bagaimana cara Ilham mewujudkan impian sang ayah tersebut? ini petikan wawancara detikFinance dengan Ilham Habibie yang ditemui dikantornya, di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pekan lalu, seperti dikutip Senin (18/3/2013).

Mengapa Anda Ingin Melanjutkan Proyek The Next N250?

Banyak hal, ini tidak hanya sekedar melanjutkan proyek Bapak (BJ Habibie) yang dulu gagal bukan karena ketidakmampuan kita, tetapi dikarenakan politik, kita dipaksa untuk gagal.

Tujuannya, ingin menunjukkan kepada bangsa Indonesia, bahwa kita mampu, kita bisa dan memang sebetulkan kita bisa membuat pesawat dari anak-anak bangsa.

Bagi kami, pesawat terbang adalah simbol, bahwa ketika kita bisa membuat pesawat sendiri dan memang layak secara ekonomis, maka pada prinsipnya anak bangsa ini bisa menciptakan apa saja, baik itu mobil, kereta api, sepeda motor, komputer atau apapun teknologi canggih didunia ini.

Anda menyebut N250 karya BJ Habibie dipaksa gagal, siapa yang memaksa?

International Monetary Fund (IMF). Pada tahun 1998 negara kita mengalami krisis financial, IMF masuk untuk membantu Indonesia untuk keluar dari krisis. Salah satu perintah mereka adalah menghentikan proyek N250.

Terang saja itu merupakan suatu pukulan keras dan sangat disayangkan oleh Bapak. Karena secara teknis proyek pesawat tersebut tidak ada hubungannya dengan krisis yang melanda Indonesia.

Selain itu proyek yang dilakukan IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara) saat ini bernama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak memiliki utang di luar negeri, hanya memiliki pinjaman dengan negara sendiri. Dan yang terlilit utang pada saat itu adalah perusahaan swasta, namun apa daya, karena politis proyek ini dihentikan.

Mendapati proyek tersebut dihentikan tentu sangat disayangkan oleh Bapak (BJ Habibie), mengapa? Karena N250 sudah hampir selesai, tinggal disertifikasi layak terbang untuk sipil. Jadi ini bukan karena ketidakmampuan kita tetapi karena unsur politis.

Terhentinya proyek pesawat N250 berdampak pada kelangsungan IPTN sendiri. Memang IPTN masih memiliki proyek lain seperti CN235 dan mensuplai suku cadang perusahaan lain, namun CN235 itu lebih dikhususnya untuk pelanggan-pelanggan militer seperti TNI Angkatan Udara.

Sementara pasar yang jauh lebih besar adalah pesawat sipil (N250), namun tentunya untuk bisa lalu di pasaran kita tidak mungkin hanya punya satu pesawat kita perlu portfolio beberapa produk untuk kita tawarkan ke pelanggan. Jadi bagaimana kita mau mengembangkan produk pesawat sipil ini.

Modal kita Apa? Apalagi produsen pesawat saat ini juga bersaing sangat ketat ada Boeing, Airbus, Shukoi, ATR dan banyak lagi?

Secara prinsip kita mampu buat pesawat, karena kita dulu dan sampai saat ini masih bisa buat pesawat. Bagaimana menyaingi perusahaan pembuat yang saat ini juga bersaing dengan produk pesawat yang canggih? Kita punya sumber daya manusianya.

Banyak putra-putri bangsa Indonesia saat ini tersebar di beberapa perusahaan di luar negeri, ada yang bekerja di Boeing, ada yang di Airbus, ATR, di Brazil, Jerman, Italia, Inggris, Prancis, di PT DI dan lainnya.

Sebagian besar mereka bisa diajak kembali untuk membuat proyek tanah air ini. Dan sebagian lagi bisa bekerjasama dengan menyumbangkan pikiran mereka atau menjadi konsultan kita, jaman sekarang maju, mereka bisa bersama-sama kita mengerjakan proyek ini walau diri mereka tidak ada di Indonesia, tetapi di tempat kerja mereka, kita bisa berkolaborasi.

Kita dari A-Z bisa membuat teknologi pesawat canggih, kita mampu untuk itu. Masa negara ini hanya tergantung pada Sumber Daya Alam (SDA) walau itu tidak ada yang salah, tapi kita harus tunjukkan kepada dunia, kita ini bangsa yang bisa menciptakan produk-produk kita sendiri. Ketika kita mampu ciptakan pesawat dan laku di jual, kita pasti akan bisa buat mobil, sepeda motor kereta api.

Pesawat terbang menjadi sangat fundamental bagi Indonesia karena luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, dan ribuan pulau tersebut untuk membangunnya tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan kapal, jembatan atau kereta api.

Pesawat terbanglah yang sangat mampu untuk 'menyambungkan' pulau-pulau di Indonesia, mobilitas yang makin hari makin tinggi menuntut kecepatan, seperti ikan tuna hari ini ditangkap besoknya harus ada di Jepang, itu tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan pesawat.

Bisa dilihat saat ini saja harga tiket kapal dan kereta api jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga tiket pesawat. Ketika suatu perusahaan airlines dikelola dengan manajemen yang baik dan memiliki pesawat yang banyak, maka ongkos biaya transportasi mereka akan jauh lebih murah.

Modal terakhir tentunya dibutuhkan financial yang cukup besar, tidak sedikit, kalau dari dana kita sendiri tentunya tidak akan cukup membiayai perusahaan yang memilai proyek pembuatan pesawat dari awal kembali.

Untuk itu dibutuhkan kolaboransi dengan pihak luar, kita akan menggaet perusahaan-perusahaan yang bisa memberi kita modal untuk menggarap proyek kita ini. Dan tetap kami pastikan kepemilikan kita tetap mayoritas, karena ini merupakan proyek nasional.

Kenapa harus berkolaborasi? Ya seperti perusahaan Airbus dia bisa besar seperti saat ini saja harus berkolaborasi dengan Prancis, Jerman, Inggris, Itali dan Spanyol, mereka bergabung menjadi satu untuk membangun Airbus bisa mengalahkan perusahaan lainnya.

Setelah produksi, ke mana pesawat ini akan dijual? Sementara maskapai-maskapai di dalam negeri sudah menggunakan produk dari perusahaan kelas dunia?

Pasar utama tentunya pasar dalam negeri sendiri. Bayangkan potensi kita sangat besar, pulau-pulau yang belum tersambung lalu lintas pesawat banyak sekali.

Kebutuhan pesawat tiap tahunnya di Indonesia tidak ada habisnya. Bayangkan saja berapa miliar dolar dihabiskan perusahaan airlines kita untuk membeli pesawat tiap tahunnya.

Bahkan Menteri Keuangan saja pernah complain, neraca perdagangan kita terganggu karena banyaknya kita membeli pesawat terbang dan ke depannya kebutuhannya akan makin banyak.

Tentunya kita tidak akan mengandalkan pasar dalam negeri saja, tetapi juga pasar di luar negeri juga. Kalau kita mengandalkan pasar dalam negeri sendiri itu bahaya. Namun, bagaimana pesawat kita mau laku di luar negeri kalau di dalam negeri pesawat kita belum dipakai. Jadi fokus utama tentu pasar dalam negeri dahulu.

Untuk mewujudkan proyek pesawat terbang The Next N-250 ini saya mengajak mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah. Kami mendirikan perusahaan PT Ragio Aviasi Industri (RAI).

Alasannya menggandeng Erry, karena Pak Erry punya segudang pengalaman dalam bidang finansial, dari sisi saja pengalaman enginer, nanti ketika perusahaan ini berjalan dan berkembang, tentunya ada keinginan kita bisa melantai di bursa saham untuk mencari modal dan mengembangkan perusahaan ini jauh lebih besar lagi, dan tidak perlu repot lagi karena Pak Erry sangat menguasai bidang ini.

Jadi pesawat yang akan dibangun adalah N-250 karya ayah Anda?

Tidak. Yang kita buat adalah R80, berbeda dengan N-250 buatan Bapak saya. Mungkin yang sama hanyalah diameter pesawat saja, namun ukuran pesawat R80 ini jauh lebih besar karena N-250 kapasitas penumpangnya hanya untuk 50 kursi, sementara R80 kapasitas kursinya sebanyak 80 kursi.

Selain itu, mesin juga berbeda, kokpit juga berbeda, sistem kendali juga berbeda, sistem landing juga berbeda. Pesawatnya berbeda, tetapi tujuannya sama yakni agar pesawat hasil karya anak bangsa sendiri bisa terbang melintasi nusantara dan dunia.

Dan kita sangat-sangat mampu untuk membuatnya, IMF atau apapun tidak akan bisa menghalangi kita kembali.