Universitas Gadjah Mada kembali
mewisuda 1.716 lulusan dari program sarjana, selasa (27/8). Dari ribuan
mahasiswa yang diwisuda tersebut, Aditya Riski Taufani dari prodi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, menjadi satu-satunya lulusan yang meraih Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK), 4,00. Pria kelahiran Semarang, 21 tahun silam ini pun didaulat
untuk memberi pidato sambutan mewakili wisudawan.
Putra dari pasangan Suharno dan
Agustiati ini mengatakan waktu kuliah empat tahun yang ditempuh para lulusan
UGM tidak lepas dari sumbangsih bantuan dari berbagai pihak, yakni dosen,
tenaga kependidikan hingga institusi lain di luar UGM yang memberikan bantuan
beasiswa untuk kelancaran studi.
Namun demikian, menurutnya, prestasi tidak ditentukan dari nilai IPK
tinggi. Ia berpendapat, semua orang bisa berprestasi asal tahu potensi dirinya
sendiri dan kemudian mampu mengembangkan dan menggunakannya untuk kepentingan
masyarakat. “Saat ini kita memasuki era meritokrasi, era dimana prestasi
kita yang menentukan adalah kita sendiri, bukan orang tua, kolega ataupun
kedaerahan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak
para lulusan UGM lainnya ikut berkontribusi bagi pembangunan bangsa ditengah
persoalan defisit integritas. Diakuinya integritas bukan hanya jujur namun juga
juga mampu menjunjung tinggi kebenaran. “Saat ini menjadi barang langka dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata pria yang lulus dalam waktu 3 tahun 10
bulan ini.
Sebagai anak bangsa, ujar Aditya,
sudah saatnya para pemuda untuk berhenti saling menghujat, mengutuk dan
membesarkan kekurangan bangsa. “Toh, tidak ada bangsa yang sempurna. Buang
semua pesimisme karena kita adalah masa depan bangsa ini,” tandasnya.
Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno,
M,Soc., Sc., dalam kesempatan tersebut mengaku terprovokasi dari pidato Aditya,
sampai-sampai ia tidak membacakan teks naskah pidato yang telah ditulisnya.
Pratikno pun sependapat dengan Aditya bahwa lulusan UGM yang mencapai 200-an
ribu memiliki peluang untuk berkiprah bagi pembangunan bangsa Indonesia. Namun
begitu, masih ada persoalan bangsa yang kini harus dipecahkan bersama,
“Persoalan korupsi yang masih mendera,” ungkapnya.
Menurutnya, ia tidak henti-hentinya
mengingatkan para lulusan agar selalu meningkatkan etika moralitas. ”Bahwa kita
lulusan UGM harus menjadi tauladan. Lulusan perguruan tinggi yang menjadi
rujuan bagi anak muda Indonesia,” katanya.
Di wisuda program sarjana kali ini,
studi rata-rata para lulusan adalah 4 tahun 4 bulan dengan waktu studi
tersingkat ditempuh oleh Bella Chyntiara dari prodi Akuntasni yang lulus dalam
waktu 3 tahun 2 bulan. Lulusan termuda diraih Wahyu Kusuma Astuti dari
prodi Perencanaan Wilayah dan Kota yang lulus dalam usia 20 tahun 1 bulan 19
hari. Rerata Indeks Prestasi Kumulatif lulusan adalah 3,30. Adapun persentase
yang berpredikat cumlaude sebanyak 517 orang atau 30,16 persen dari seluruh
lulusan yang diwisuda. (Humas UGM/Gusti Grehenson)