Rabu, 07 Mei 2014
Bripda Isal, Tukang Parkir yang 'Naik Pangkat' Jadi Polisi
Bagi sebagian orang, menjadi anggota polisi adalah hal yang sulit. Di samping proses seleksi yang ketat, apalagi katanya ada upaya sogokan dan faktor jaringan, menjadi salah satu 'saingan' terberat bagi para calon peserta saat mengikuti kompetisi tersebut. Tidak terkecuali bagi Bripda Noer Isal Rizky.
Isal adalah satu dari sekian ribu peserta yang lolos dalam pendaftaran Brigadir Polisi Tahun Ajaran 2013 silam. Namun, tanpa harus mengeluarkan uang dan mengandalkan jaringan, Isal lolos melewati semua tahapan seleksi dari awal hingga akhir.
"Menjadi polisi memang cita-cita saya. Saya bangga bisa menjadi polisi. Bagi saya polisi adalah tugas yang mulia yaitu mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat," ujar Isal kepada detikcom, Selasa (6/5/2014).
Sebelum menjadi anggota polisi, Isal bekerja serabutan sebagai juru parkir di depan kantor leasing WOM Finance di Jl HOS Cokroaminoto, Ciledug Raya, Tangerang Selatan, yang tidak jauh dari rumahnya. Putra dari pasangan suami-istri Iskandar (49) dan Badriah (41) ini sudah 2 tahun menjadi juru parkir.
Mengisi waktu senggangnya, pemuda tamatan SMAN 12 Tangerang tahun 2010 itu menjadi juru parkir untuk mencari tambahan uang jajan. Isal menjadi juru parkir sejak kelas 3 SMA. Sebelum akhirnya jadi polisi, Isal sempat nganggur selama 1 tahun.
"Saya kan masuk sekolah kadang pagi, kadang siang. Kalau masuk pagi, saya markirin seusai pulang sekolah. Tapi kalau masuk siang, sebelum berangkat sekolah saya kerja," terang pemuda kelahiran 12 Mei 1986 itu.
Keinginan pemuda berusia 20 tahun sebagai anggota polisi ini awalnya disangsikan oleh pihak keluarga. Keluarga menganggap, Isal tidak akan lolos menjadi polisi karena hanya berasal dari keluarga yang berkecukupan. Kedua orangtua Isal, tidak memiliki uang untuk 'memuluskan' putranya itu dalam proses seleksi. Ayah Isal adalah seorang tukang ojek, sementara Ibunda berjualan nasi.
"Awalnya waktu itu saya lagi di warung ibu saya, lagi bantu-bantu. Kebetulan di samping warung ibu itu ada anaknya yang jadi polisi. Sy bilang sama ibu 'Ma, kapan ya saya bisa kayak gitu (jadi polisi)', terus kata ibu saya ngimpi kali, duit dari mana," kenang Isal.
Mendengar jawaban ibunda yang tidak memberikan dukungan saat itu, tak membuat pemuda asal Tangerang itu berkecil hati. Hingga suatu hari, ia menemani temannya mendaftarkan diri menjadi anggota polisi di Polres Tangerang. Usai menemani temannya mendaftar, Isal lalu pulang dengan membawa brosur.
"Pas waktu itu dibuka pendaftaran di Polres Tangerang di situ ada tulisan tanpa dipungut biaya. Lalu saya bilang lagi sama orangtua kalau pendaftarannya nggak ada pungutan biaya alias gratis," cetusnya.
Mendengar hal itu, orangtua Isal pun memberikan restu bagi Isal untuk mendaftar Brigadir Polisi. Juni 2012, Isal mendaftarkan diri ke Polres Tangerang. Sebelum menjalani proses seleksi, anak kedua dari empat bersaudara itu mempersiapkan diri.
Isal mempersiapkan fisiknya untuk menjalani tes kesehatan, hingga persiapan akademik. Hingga akhirnya, Juli 2012 pengumuman kelulusan. Isal pun dipanggil untuk menjalani serangkaian tes mulai dari tes kesehatan pertama, tes psikologi, tes kesehatan kedua hingga tes akademik.
"Alhamdulilah, setelah ada pengumuman kelulusan ternyata saya lulus. Rasanya percaya nggak percaya saya lulus," kata Isal menggambarkan kegembiraannya saat itu.
Setelah pengumuman kelulusan, pemuda yang asal Larangan Utara, Tangerang itu pun mengikuti pendidikan di Lido Sukabumi pada tanggal 1 Agustus 2012. Selama 7 bulan Isal mengikuti pendidikan di Lido Sukabumi dengan ketekunannya. Sebagai salah satu siswa Lido 38 BSD (Bara Satya Darma), Isal kembali menunjukkan kemampuannya sebagai peserta didik terbaik.
forum.tribunnews.com