Oleh: A. Ahmad Hizbullah MAG
Mau tahu apa
hasilnya jika tasawuf terkontaminasi teologi lain? Bacalah buku “Tasawuf
Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi”
yang ditulis oleh Ketua Umum PBNU, Professor Dr KH Said Aqil Siroj MA. Buku
setebal 471 halaman ini diterbitkan oleh SAS Foundation dan LTN PBNU pada April
2012.
Dalam Bab 14:
Merumuskan Teologi Kerukunan (hlm 301-331), Said Aqil menyodorkan tasawuf yang
diklaim sebagai resep ampuh mengelola perbedaan Islam dan Kristen untuk
mengatasi konflik horisontal di tanah air. Menurut tasawufnya, konflik umat
Islam dan Kristen di tanah air itu bukan karena akidah, tapi faktor politis dan
ekonomi:
“Mengapa
hubungan Kristen-Islam di Indonesia belakangan ini dirasakan tegang dan saling
berhadapan? Menurut hemat kami, ketegangan tersebut bukanlah disebabkan oleh
faktor akidah atau keyakinan. Seperti di masa Perang Salib, faktor politis dan
ekonomis lebih banyak menyelimuti renggangnya keharmonisan kedua umat
bersaudara tersebut di Indonesia... Dengan demikian, kekeruhan hubungan
Islam-Kristen tidak jarang dilatarbelakangi nuansa politis yang sama sekali tidak
ada kaitannya dengan agama itu sendiri.” (hlm 307).
Menyebut
penyebab kekisruhan Kristen dan Islam bukan karena faktor akidah tapi politis
dan ekonomi, adalah bukti bahwa Said Aqil miskin data karena tidak pernah turun
ke lapangan.
Al-Qur'an
memberikan petunjuk bahwa salah satu gen konflik Kristen dan Islam adalah
agresivitas gerakan pemurtadan akidah umat. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (Qs
Al-Baqarah 120).
Dalam
praktiknya, para misionaris Kristen menghalalkan segala cara untuk
mengkristenkan umat Islam. Misi kristenisasi yang paling licik adalah
pemurtadan berkedok Islam. Secara terang-terangan, dalam rangka misi Amanat
Agung Yesus sesuai Injil Matius 28:19, Pendeta Josias Lengkong, rektor Institut
Teologi Kalimatullah (ITK) Jakarta mengajarkan islamologi pemurtadan kepada
mahasiswanya. Dalam makalah berjudul “Otentisitas Alkitab (Bibel) Berdasarkan
Kesaksian Al-Qur’an,” ia menggelar trik kristenisasi berkedok Islam sbb:
“Tujuan utama menyelidiki
referensi-referensi Al-Qur’an yang menyaksikan tentang Alkitab ialah: agar kita
dapat mengenal serta mengerti dan memanfaatkan potensi ayat-ayat Al-Qur’an yang
berguna bagi kepentingan membagikan berkat Injil kepada kaum Muslim yang kita
cintai. Hal menyelidiki Al-Qur’an bukanlah untuk kepentingan pertumbuhan iman
kita, tetapi semata-mata hanya untuk menolong kaum Muslim… Kesaksian Al-Qur’an
sangat berguna untuk dijadikan jembatan atau sarana misi pekabaran Injil
Alkitabiah.”
Misi Josias
Lengkong itu hanyalah salah satu contoh, bahwa konflik horisontal itu tak bisa
dipisahkan faktor ideologis para misionaris yang memandang umat Islam sebagai
domba tersesat.
...faktor utama gesekan antarumat beragama di Indonesia adalah agresivitas
Kegiatan penginjilan di daerah Muslim (Aggressive evangelical Christian
proselytizing in Muslim strongholds)....
Jika masih buta
data kristenisasi dan malu bertanya kepada ormas-ormas Islam, sebaiknya Said
Aqil Siroj bertanya kepada LSM asing. Bacalah laporan International Crisis
Group (ICG) berjudul “Indonesia: Christianization and Intolerance.” ICG
menyimpulkan bahwa salah satu faktor utama meningkatnya gesekan antarumat
beragama di Indonesia adalah agresivitas Kegiatan penginjilan di daerah Muslim
(Aggressive evangelical Christian proselytizing in Muslim strongholds).
Beberapa yayasan Kristen yang disebut ICG telah melakukan Kristenisasi berkedok
Islam antara lain Yayasan Mahanaim dan Yayasan Kaki Dian Emas, yang mewajibkan
setiap siswa sekolahnya mengkristenkan sepuluh orang sebagai syarat kelulusan.
“On the
Christian side, several evangelical organizations committed to converting
Muslims have also set up shop in Bekasi, some funded internationally, others
purely home-grown. Yayasan Mahanaim, one of the wealthiest and most active, is
particularly loathed by the Islamist community because of its programs
targeting the Muslim poor. Another, Yayasan Bethmidrash Talmiddin, run by a
Muslim convert to Christianity, uses Arabic calligraphy on the cover of its
booklets, suggesting they are Islamic in content, and requires every student at
its school as a graduation requirement to convert five people,” demikian
laporan ICG tertanggal 24 November 2010.
(Di pihak
Kristen, beberapa organisasi penginjil yang berkomitmen untuk mengkristenkan
Muslim ada di Bekasi, beberapa didanai dari luar negeri, yang lain murni lokal.
Yayasan Mahanaim, salah satu organisasi neo-Pentakosta yang paling bonafide
serta aktif, sangat dibenci kaum muslim garis keras karena program-programnya
menjadikan orang-orang muslim yang miskin sebagai objek pemurtadan. Sebelumnya,
Yayasan Kaki Dian Emas, yang dijalankan oleh pendeta yang tadinya muslim,
menggunakan kaligrafi Arab pada sampul-sampul publikasinya, seolah-olah isinya
mengenai Islam, dan mewajibkan setiap siswa sekolahnya mengkristenkan sepuluh
orang sebagai syarat kelulusan).
Anehnya,
menurut kiyai yang pernah menjadi penasihat PMKRI (Persatuan Mahasiswa Kristen
Republik Indonesia) itu, faktor yang memicu kekisruhan hubungan umat Islam dan
Kristen adalah sikap salah para aktivis Islam yang ingin menegakkan
syariat Islam di NKRI.
“Faktor lain
yang memicu ketidakmesraan hubungan umat Islam dan kristiani juga terletak pada
pemahaman umat Islam yang masih dangkal (sathhiyah) terhadap ajaran yang
dianut. Dengan pengetahuan agama yang sangat dangkal itu, mereka sering mengaku
sebagai pemimpin umat yang mewakili mayoritas bangsa Indonesia. Salah satu
contoh kedangkalan tersebut nampak dari upaya beberapa orang yang mengaku
sebagai cendekiawan yang ingin mengganti Pancasila dengan asas Islam, sehingga
baginya negara Islam itu haruslah diwujudkan.... Ketegangan Islam-Kristen di
tanah air, muncul karena upaya sebagian orang Islam yang memiliki kecenderungan
seperti ini” (hlm 307-308).
Tanpa banyak
komentar, tudingan ini hanya patut dilontarkan oleh para misionaris, bukan
kiyai besar jebolan S3 Universitas Ummul Qura Makkah Fakultas Ushuluddin dengan
predikat summa cumlaude.
Jika Said Aqil
adalah peneliti yang objektif, seharusnya diungkapkan bahwa di balik konflik
pendirian gereja, misalnya di Ciketing, Jejalen dan Bogor terdapat masalah
krusial pemalsuan data tanda tangan warga. Juga, konflik besar-besaran di
Temanggung tahun lalu dipicu oleh Pendeta Antonius Richmon Bawengan yang berusaha
mengkristenkan umat Islam dengan mengedarkan buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku!”
yang penuh hujatan terhadap Islam.
Secara sepihak
Said Aqil menyudutkan umat Islam sebagai biangkerok konflik, sembari menutup
mata terhadap kesalahan umat agama lain yang sudah bukan rahasia umum. Itu
bukan mengedepankan inspirasi, tapi halusinasi.
...Bila terhadap umat Islam bersikap sangat galak, sebaliknya ia berusaha
mencari persamaan dan perdamaian dengan umat Kristen...
TEOLOGI RABUN AQIDAH
Bila terhadap
umat Islam bersikap sangat galak, sebaliknya KH Said Aqil Siroj berusaha
mencari persamaan dan perdamaian dengan umat Kristen. Karenanya, tanpa
ragu-ragu ia menyimpulkan bahwa doktrin Islam dan Kristen lebih banyak titik
temunya. Perbedaan kedua agama ini disebut sebagai perbedaan sudut pandang.
Bahkan ia melarang menyatakan kekafiran agama Kristen.
“Dari sisi
ajaran, antara Islam dan Kristen lebih banyak titik temunya. Dalam bahasa
Al-Qur’an disebut dengan ‘kalimatun sawa’. Misalnya keimanan terhadap Allah,
para malaikat, para nabi, kitab suci dan hari akhir. Kalaupun dalam konsep
teologi berbeda, tentu karena sudut pandang yang tidak seirama. Perbedaan
semacam ini, jangankan antaragama, dalam lingkungan internal satu agama pun
terdapat banyak sekte dan aliran. Islam, misalnya, memiliki ratusan sekte.
Begitu pula di tubuh umat kristiani. Keputusan tentang kafir atau mukmin, sesat
atau lurus terhadap suatu keyakinan, sebenarnya bukanlah kewenangan manusia.
Tuhan saja yang Maha Pengasih dan Penyantun, yang akan memutuskan keyakinan
mereka kelak di Hari Kiamat” (hlm 306).
Menyebut
doktrin Islam dan Kristen lebih banyak titik temunya, adalah ungkapan rabun
akidah orang yang kurang mendalami perbandingan agama. Jika berani menyatakan
Islam dan Kristen memiliki titik temu atau persamaan dalam keimanan terhadap
Allah, para malaikat, para nabi, kitab suci dan hari akhir, seharusnya Said
Aqil memaparkan data ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Faktanya, Islam
dan Kristen justru bertolak belakang secara dokrinal. Dalam keimanan terhadap
Allah, umat Islam mutlak mengimani tauhid yang murni bahwa Allah SWT adalah
satu-satunya ilah yang tidak beranak dan dipernakkan. Sedangkan umat Kristen
mengimani Tuhan Trinitas yang menyatakan diri-Nya sebagai Tri-Tunggal, yaitu
Allah Bapak, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Di mana titik temunya?
Dalam hal iman
kepada para nabi, umat Islam mengimani semua nabi Allah dari Adam AS sampai
Muhammad SAW tanpa mempertuhankan mereka. Sedangkan umat Kristen tidak
menyangkal kenabian Muhammad dan menjadikan Nabi Isa (Yesus) sebagai Tuhan. Di
mana titik temunya?
Dalam keimanan
terhadap kitab suci, umat Islam meyakini semua kitab suci Allah, baik
kitab-kitab terdahulu: Taurat, Zabur dan Injil, maupun kitab suci
pamungkas Al-Qur'anul Karim. Sedangkan umat Kristen tidak meyakini Al-Qur'an,
tapi meyakini Bibel yang tidak diketahui penulisnya bahkan sudah diakui
kepalsuannya oleh para ilmuwan Kristen sendiri. Sehingga umat Kristen berani
mengamputasi 18.666 ayat dalam Bibel terbitan Jerman “Die Gute Nachricht
Altes und Neues Testament.”
Ajaran tasawuf
Said Aqil semakin aneh ketika melarang mengafirkan penganut agama lain dengan
alasan yang mengetahui kekafiran seseorang hanya Allah. Sehingga status
kekafiran manusia baru bisa diungkap Allah di hari Akhirat.
...Kasihan sekali! Bertahun-tahun belajar Islam ke luar negeri, tapi belum
bisa mengidentifikasi mukmin dan kafir berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an...
Padahal Allah
SWT sudah memberitahukan secara tertulis dalam Al-Qur'an bahwa orang Kristen
adalah kafir kitabi (kafir dari golongan Ahli Kitab). “Sesungguhnya
orang-orang yang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk” (Qs. Al-Bayyinah 6). Salah satu kekafiran mereka
adalah meyakini ketuhanan Yesus dan mengimani doktrin Trinitas bahwa Tuhan ada
tiga oknum (Al-Ma’idah 72-73).
Kasihan sekali
bila ada kiyai yang pernah mendapat beasiswa ke luar negeri bertahun-tahun,
tapi masih belum bisa mengidentifikasi mukmin dan kafir berdasarkan ayat-ayat
Al-Qur'an. Nampaknya, gelar professor tak banyak artinya, jika sudah mengidap
penyakit rabun akidah. Bersambung